Popular Posts

Wednesday 19 November 2014

Hieroglif Mesir, sejarah aksara kuno yang mendunia

images.jpgMy History Task
Observing Interest
hieroglyphic Mesir
Hieroglif Mesir
Logogram berguna sebagai abjad
Bahasa
Periode
3200 SM – 400 M
Arah penulisan
Kiri ke kanan
Silsilah
(Tulisan paku)
·         Hieroglif Mesir
Aksara yang diturunkan
Egyp, 050
Nama Unico
Egyptian Hieroglyphs
.

Mesir (pengucapan /ˈhaɪərəʊɡlɪf/; dari Yunani ἱερογλύφος “ukiran suci”, dalam Bahasa Inggris hieroglyphic = τὰ ἱερογλυφικά [γράμματα]) adalah sistem tulisan formal yang digunakan masyarakat Mesir kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet.
 Hieroglif Mesir merupakan salah satu sistem penulisan paling tua yang dikenal manusia. Beberapa dari tulisan tersebut berasal dari tahun 3000 sebelum masehi dan telah digunakan oleh bangsa Mesir selama lebih dari 3000 tahun. Masyarakat Mesir menggunakan hieroglif kursif untuk sastra keagamaan pada papirus dan kayu. Adapula variasi formal tulisan yang lebih kecil, yang disebut hieratik dan demotik, namun secara teknis tulisan tersebut bukan merupakan hieroglif.
Etimologis
Berdasarkan kamus, arti dari hieroglif adalah tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang dalam bentuk manusia, hewan, atau benda; dan lambang tulisan (menyerupai gambar paku) yang bersifat rahasia atau teka-teki yang sukar dibaca atau dipahami maknanya. Disebut hieroglif karena ketika orang Yunani pertama kali melihat tulisan itu, mereka yakin bahwa tulisan tersebut merupakan tulisan pendeta yang memiliki makna dan tujuan yang suci. Kata hieroglif berasal dari kata sifat bahasa Yunani yaitu ἱερογλυφικός (
hieroglyphikos), gabungan dari ἱερός (hierós ‘keramat’ atau ‘suci’) dan γλύφω (glýphō ‘ukiran’, ‘pahatan’, atau glyphs). Kata glyphs sendiri merujuk pada τὰ ἱερογλυφικὰ γράμματα(tà hieroglyphikà grámmata, ‘kesusastraan ukir pahat’). Kata hieroglyph dalam bahasa Inggris dijadikan kata benda, menggantikan arti kata hieroglif yang sebenarnya. Yang seharusnya seperti dalam kalimat sebelumnya, kata hieroglyphic merupakan sebuah kata sifat, namun sering terjadi kekeliruan dalam penggunaan kata hieroglyph sebagai sebuah kata benda.

Add caption

Alfabetis Hieroglif


hieroglif angka


contoh hieroglif yang ditemukan

contoh penemuan
Hieroglif iras.jpg
Sejarah dan Perkembangannya
Hieroglif sudah muncul dari sebelum kesusastraan tradisi artistik Mesir. Contohnya, simbol pada tembikar Gerzean dari tahun 4000 SM menyerupai penulisan hieroglif.

Selama beberapa tahun, prasasti hieroglif yang pertama kali diketahui adalah Narmer Palette, ditemukan dalam penggalian di Hierakonpolis (sekarang Kawm al-Ahmar) pada tahun 1890-an, yang diperkirakan tahun 3200 SM. Bagaimanapun, pada tahun 1998, tim arkeologis Jerman di bawah pimpinan Günter Dreyer pada penggalian di Abydos (sekarang Umm el-Qa’ab) menemukan sebuah makam dari seorang penguasa Predynastic, dan menemukan tiga ratus pahatan nama dari tanah liat dengan proto-hieroglyphs, tertanggal pada masa Naqada IIIA dari abad ke-33 Sebelum Masehi. Kalimat pertama yang tertulis penuh dengan hieroglif sejauh yang ditemukan adalah kesan segel yang ditemukan di makam Seth-Peribsen yang terletak di Umm el-Qa’ab, tertanggal dari dinasti kedua. Di zaman Kerajaan Tua, Kerajaan Tengah, dan Kerajaan Baru, terdapat sekitar 800 hieroglif.
Saat zaman Greco-Roman, mereka menomori lebih dari 5,000 hieroglif. Pada abad keempat, beberapa orang mesir akhirnya dapat membaca hieroglif. Penggunaan hieroglif kemudian berhenti setelah penutupan seluruh gereja non-kristen pada tahun 391 Masehi oleh Kaisar Roman, Theodosius I; yang tertulis dalam prasasti terakhir dari Philae, diketahui sebagai The Graffito of Esmet-Akhom, tahun 396 Masehi.
 Penemuan hieroglif yang paling menggemparkan dalam sejarah modern adalah penemuan Batu Rosetta pada sekitar tahun 1799. Orang yang mendapatkan penghargaan dari menafsirkan tulisan tersebut adalah Jean Francois Champollion.
Pada awalnya, orang Mesir menggunakan bentuk gambar tulisan yang kasar, seperti yang digunakan oleh suku-suku primitif di seluruh dunia. Hieroglif adalah gambar yang masing-masing mewakili objek alamiah. Matahari digambarkan sebagai piringan, bulan digambarkan dengan bulan sabit, air digambarkan oleh garis gelombang, orang dengan bentuk orang, dan lain sebagainya. Akan tetapi, tulisan gambar ini tidak dapat mewakili kata-kata atau benda-benda yang tidak dapat dilihat mata seperti pikiran, cahaya, dan hari. Sehingga hieroglif pun lebih dianggap sebagai simbol ide daripada sebuah gambar objek. Piringan dapat juga berarti ‘hari’, bukan hanya berarti matahari. Ide-ide ini disebut dengan ‘ideogram’.
Perkembangan hieroglif selanjutnya adalah menggunakan gambar, lebih untuk mewakili bunyi daripada untuk mewakili objek sesungguhnya. Misalnya, sebuah gambar lebah dapat bukan berarti serangga, melainkan merujuk pada kata ‘lebah’. Daun dapat memiliki arti ‘percaya’ (kita gunakan kata dalam Bahasa Indonesia untuk memudahkan dalam menunjukkan bagaimana cara kerjanya). Hieroglif seperti itu, yang digunakan sebagai bunyi, dikenal dengan nama ‘fonogram’.
images (2).jpg
Belakangan, orang Mesir dapat menulis kata apa saja yang mereka kenal, baik kata itu berarti sesuatu yang dapat mereka gambarkan atau tidak. Dari fonogram tersebut mereka mengembangkan satu seri tanda, masing-masing mewakili satu huruf.
 Dalam penulisan, orang Mesir hanya menggunakan huruf konsonan (huruf mati) saja. Misalnya, kata ‘minum’ hanya akan ditulis ‘mnm’ (tentunya dengan menggunakan tulisan Mesir). Orang Mesir juga terus menggunakan simbol-simbol lama dalam tulisan mereka seperti ideogram, fonogram, dan picturegram (tulisan gambar) semuanya digabungkan. Seiring berjalannya waktu, tulisan tersebut menjadisangat rumit sehingga tidak mudah dimengerti oleh orang awam.
Sistem Penulisan
Penulisan hieroglif dapat dimulai dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, tetapi biasanya dimulai dari kanan ke kiri (seperti dalam penulisan Arab, walaupun dalam penulisan formal zaman sekarang ini menggunakan kiri ke kanan).


Sistem Penulisan
Penulisan hieroglif dapat dimulai dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, tetapi biasanya dimulai dari kanan ke kiri (seperti dalam penulisan  walaupun dalam penulisan formal zaman sekarang ini menggunakan kiri ke kanan).
Jenis hieroglif
Hieroglif terdiri dari tiga macam glyph yaitu phonetic glyphs, termasuk karakter satu konsonan yang berfungsi seperti abjad,logographs; dan semagram (simbol semantik yang menentukan makna), yang membatasi arti dari logographic atau kata-kata fonetis.
Secara visual, keseluruhan hieroglif kurang lebih bersifat kiasan: mereka merepresentasikan elemen yang nyata ataupun ilusional, terkadang menyesuaikan dengan mode dan disederhanakan, tetapi secara umum benar-benar dikenal dalam tanda. Bagaimanapun, simbol atau tanda yang sama, berdasarkan konteksnya, dapat diinterpretasikan dalam bermacam-macam cara yaitu sebagai fonogram (phonetic reading), sebagai logogram, atau sebagai ideogram (semagram;determinative, semantic reading).

Phonetic Reading
Kebanyakan simbol atau bentuk hieroglif merupakan fonetis alam, yang berarti bahwa simbol tersebut dibaca dan dibuat sesuai dengan karakteristik visualnya. Gambar dari mata dapat menjelaskan kata ‘mata’ itu sendiri dan kata ‘saya’ dalam bahasa Inggris (‘eye’ dan ‘I’). Gambar mata itu disebut dengan fonogram dari kata ‘I’. Bentuk fonogram dengan satu konsonan disebut mono- atau tanda uniliteral; dengan dua konsonan, tanda biliteral; dengan tiga konsonan disebut tanda triliteral. Dua puluh empat tanda uniliteral disebut abjad hieroglif. Penulisan hieroglif Mesir normalnya tidak mengindikasikan huruf vokal seperti A, I, U, E, O.
Phonetic Complements
Penulisan Mesir sering kali pleonastis atau berlebihan. Ini sering kali terjadi dalam sebuah kata yang harus diikuti oleh sejumlah karakter penulisan yang memiliki kesamaan pengucapan. Contohnya, kata nfr, yang memiliki arti ‘cantik, baik, sempurna’, ditulis dalam triliteral yang unik.
F35
 = nfr
Bagaimanapun, hal ini sangat biasa ditambahkan dalam triliteral, uniliteral untuk f dan r. Kata tersebut dapat ditulis sebagainfr+f+r namun tetap dibaca dengan nfr. Dua karakter abjad ditambahkan demi kejelasan ejaan dari hieroglif triliteral yang terdahulu. Karakter berlebihan yang mengikuti tanda biliteral atau triliteral disebut phonetic complements atau pelengkap fonetis. Dapat ditempatkan di depan tanda (jarang), setelah tanda (seperti ketentuan umumnya), atau bahkan dikeduanya.
Semantic Reading
Selain interpretasi fonetis, karakter atau simbol-simbol juga dapat dimaknai dengan membaca, dalam hal ini logogramdiucapkan (atau ideogram) dan semagram (sering disebut juga dengan determinative).
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/6/6a/Hieroglif1.jpg/220px-Hieroglif1.jpg

Logogram
Hieroglif digunakan sebagai logogram untuk menegaskan suatu objek yang merupakan sebuah gambar. Untuk itu logogram merupakan benda biasa yang sering digunakan. Dalam teori, seluruh hieroglif memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai logogram. Logogram dapat ditemani dengan pelengkap fonetis.

Semagram
Determinatives atau semagram (simbol semantik yang menentukan makna) ditempatkan di akhir dari sebuah kata. Karakter ini bertujuan untuk mengklarifikasi tentang apakah sebuah kata itu, seperti homofonik glyphs.
Berupa Angka
cdsfs (1).jpg


Hieroglif Mesir berupa huruf Alfabet Alfabet-Hieroglif-Mesir.png

images.jpg

 

tumblr_m8r1uckWup1ruucjho1_400.gif

 

Sekian, semoga bermanfaat dan lebih termotifasi untuk mepelajari aksara-aksara masa lalu yang harus dilestarikan.
Hieroglif Raja Mesir Kuno


Thursday 23 October 2014

folklore yang akan saya bahas kali ini adalah Mitologi. 
Bismillahirrahmanirrahim


 Mitologi Indonesia
Mitologi Indonesia biasanya dipenuhi oleh nilai-nilai dan petuah kehidupan. Sebagai mitologi, sangatlah umum kalau diceritakan dari mulut ke mulut. Mengenai proses penyampaiannya, sudah pasti akan ada beberapa versi dari satu mitologi. Umumnya mitologi Indonesia memuat kisah keadaan awal dunia, kisah dewa-dewi dan makhluk supranatural, dan kisah asal mula sesuatu.
Mitologi Jawa:
analysis by       : Upik Ayu Fadilah Sary
Kejawen adalah faham orang jawa atau aliran kepercayaan yang muncul dari masuknya berbagai macam agama ke jawa. Kejawen mengakui adanya Tuhan Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik yang berkebang dari ajaran tasawuf agama-agama yang ada.
Tindakan tersebut dibagi tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalam religi, tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni. Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi, Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya. Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisi upacara kematian yaitu medoakan orang yang meninggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun ,tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal ( tahlhilan ). Dan tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.
Perkembangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan penelitian.
Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah.
Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya sangkakala.
Saya  akan membahas beberapa mitos di Jawa  yang tidak terlalu mengkhayal seperti kisah kisah hantu  saya akan menganalisis mitos mengenai pendirian rumah di Jawa Timur dan berbagai perhitungan jawa kuno . Beginilah laporannya:
MITOS RUMAH DALAM MASYARAKAT JAWA JAWA TIMUR
Standar
MITOS RUMAH DALAM MASYARAKAT JAWA JAWA TIMUR
Rumah merupakan kebutuhan primer manusia untuk berlindung, tetapi dalam kepercayaan masyarakat jawa timur ada beberapa aturan yang menjadi pertimbangan dalam membangun rumah, misalnya dalam menentukan arah menghadap rumah, bahan bangunan dan pekarangan rumah.
Menentukan arah menghadap rumah
Penentuan arah menghadap rumah, bagi masyarakat Jawa, merupakan hal yang sangat penting dalam membangun suatu rumah sebagai tempat tinggal. Secara garis besar, arah menghadap rumah yaitu menghadap ke utara, timur, selatan, dan arah barat. Seperti halnya bangsa Cina, orang Jawa percaya bahwa arah menghadap rumah memiliki pengaruh atau dapat membawa keberuntungan maupun kesialan dalam hidupnya. Begitupun akan berpengaruh pada keluarganya.
Pada jaman dahulu dalam masyarakat Jawa hampir tidak dijumpai rumah menghadap ke barat dan demikian pula halnya yang menghadap ke arah timur. Rumah orang biasa (masyarakat umum, bukan bangsawan, red) pada umumnya menghadap ke arah utara atau ke selatan. Sedangkan arah menghadap ke timur khusus dipergunakan untuk keraton.
Setiap arah mata angin dipercayai ditunggu oleh dewa, dan oleh karena itu ada makna simbolis tertentu untuk penentuan arah menghadap rumah yang berdasarkan pada empat mata angin. Keempat arah mata angin yang dijaga oleh dewa tersebut adalah;
(1) Timur ditunggui oleh Maha Dewa,
(2) Barat ditunggui oleh Batara Yamadipati,
(3) Utara ditunggui oleh Batara Wisnu, dan
(4) Selatan ditunggui Batara Brahma
Dalam mitologi Jawa, Batara Yamadipati adalah dewa kematian. Sehingga bagi orang yang mempercayai, arah menghadap ke barat harus dihindari karena secara simbolik berarti sama dengan mengharap kematian.
Adapun cara menentukan arah menghadap rumah adalah dengan menjumlah neptu (hitungan) hari kelahiran dan pasaran orang yang akan membangun rumah. Ketentuannya adalah sebagai berikut :
Neptu hari: Ahad = 5, Senin = 4, Selasa = 3, Rabu = 7. Kamis = 8, Jum’at = 6, Sabtu = 9.
Neptu pasaran:
Kliwon = 8, Legi = 5, Pahing = 9, Pon = 7, wage = 4. Misalnya Anda lahir pada ahad pahing, maka jumlah neptu menjadi (ahad = 5) + (pahing = 9) = 14.
(1) Jika jumlah neptunya 7, 8, 13, 18, arah rumah menghadap ke arah utara atau ke timur,
(2) Jika jumlah neptunya 9, 14 arah rumah harus menghadap ke selatan atau ke timur,
(3) Jika neptunya 10 arah rumah harus menghadap ke selatan atau barat,
(4) Jika jumlah neptunya 11, 15, 16 arah rumah harus menghadap ke barat, dan
(5) Jika jumlah neptunya 12, 17 arah rumah harus menghadap ke utara atau ke barat.
Akhirnya saya bisa ngitung, saya lahir 25 desember 1999 dalam kalender jawa berarti hari sabtu wage, maka sabtu=9 ditambah dengan wage=4
 (9+4)=13
jumlah neptu kelahiran saya sama dengan 13, berdasarkan mitos ini saya cocok memiliki rumah menghadap utara atau timur.
Rumah Dan Tanah Pekarangan
Masyarakat Jawa Timur percaya bahwa rumah yang bahannya dari kayu jati dan pohon kelapa, rumah yang bangunannya setengah tembok dan setengah kayu, rumah yang pekarangan belakangnya sempit, dan memindah patok pembatas tanah merupakan pantangan yang harus dihindari dalam membangun rumah. Jika pantangan itu dilanggar, bahayanya seperti disebutkan dibawah ini :
1.      Yen nduwe omah pekarangan mburi ora oleh ciut, mengko sandhang pangane sing nduwe omah sethithik.( jika mempunyai rumah, pekarangan belakang tidak boleh sempit, nanti rejeki yang punya rumah sedikit )
2.      Yen gawe omah kayu jati ora kena dicampur karo glugu, sing nduwe omah marahi ora temen. ( jika membangun rumah kayu jati tidak boleh dicampur glugu/pohon kelapa, nanti yang punya rumah jadi tidak jujur )
3.      Yen gawe omah kayu jati ora kena dicampur glugu, mengko sing nduwe omah marahi ora tentrem. ( jika membangun rumah kayu jati tidak boleh dicampur kayu kelapa, nanti hidupnya pemilik rumah bisa tidak tentram )
4.      Ora oleh ngingu manuk penthet, marahi ngobong omah. ( tidak boleh memelihara burung Cendhet, karena bisa menyebabkan rumah kebakaran )
5.      Aja sok ngelih pathok ukuran lemah, mengko yen mati kuburane mungkret banjur dikubur mungker. ( jangan memindah pathok / tanda pembatas tanah, nanti kalau meninggal liang kuburnya bisa berkerut / menyempit sehingga mayatnya dikubur melingkar ).

Nah seperti yang saya bilang di awal bahwa mitos disampaikan secara umum melalui mulut ke mulut, sehingga kita sedikit di pusingkan dengan berbagai versinya. Menurut guru saya yang sepertinya tahu segalanya namanya Pak Ipik Ernak, beliau berkata bahwa mitos akan berkembang seiring waktu dan diprediksi oleh para ilmuwan mitologi dalam 20 tahun kedepan, mitos-mitosindonesia tak dipungkiri dapat saja menghilang. Kelestarian yang dimaksud adalah bukan dalam hal memercayai, tetati mengetahui dan menghargtai serta apresiasiai terhadap mitologi masyarakat kita terdahulu.  Nah untuk versi lain dari mitos ini, akan saya cantumkan

Menurut mitos tradisi Jawa, terdapat 4 bulan yang baik untuk mendirikan/pindah rumah, yaitu:
1.     Bulan Bakdamulud. Dipercaya jika mendirikan rumah pada bulan ini maka keluarga yang bersangkutan akan mendapat wahyu keberuntungan, apa yang diinginkan terlaksana, cita-citanya tercapai, selalu menang dalam menghadapi perkara, berhasil dalam bercocok-tanam, mempunyai emas dan uang yang berlimpah, mendapat doa restu Nabi, dan lindungan dari Allah.
2.    Bulan Ruwah. Dipercaya jika mendirikan rumah pada bulan ini maka rejeki akan melimpah dan halal, disegani, dihormati, dan disenangi orang banyak, mendapat doa Rasul.
3.   Bulan Dulkangidah. Dipercaya jika mendirikan rumah pada bulan ini maka akan dicintai anak istri, para orang tua, dan saudara. Dalam hal bercocok-tanam lumayan hasilnya. Banyak rejeki dan cukup uang. Keadaan keluarga harmonis, tentram, damai, dan mendapatkan doa dari Rasul.
4.   Bulan Besar. Dipercaya jika mendirikan rumah pada bulan ini maka akan banyak mendapat rejeki, berkelimpahan harta-benda dan uang. Anggota keluarga yang berdiam di area tempat tinggalnya akan merasakan ketentraman lahir batin, serta dihormati.
Untuk menentukan hari mendirikan/pindah rumah, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Hitung jumlah neptu pasangan suami istri
Misal:
Suami lahir 5 Juni 1982, neptunya 18
Istri lahir 12 Agustus 1981, neptunya 15
Jumlah neptu suami + istri = 33
2. Hitung jumlah Pancasuda
Caranya jumlahkan neptu suami + istri + hari pindah/mendirikan rumah, hasilnya dibagi 5. Untuk hari pindah, terdapat 12 neptu yang dihasilkan dari hari pasaran (dari Selasa Wage sampai Sabtu Pahing), sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut:
7 + 33 = 40 dibagi 5 sisa 5 (yg habis dibagi 5 dianggap sisa 5)
8 + 33 = 41 dibagi 5 sisa 
1
9 + 33 = 42 dibagi 5 sisa 
2
10 + 33 = 43 dibagi 5 sisa 
3
11 + 33 = 44 dibagi 5 sisa 
4
12 + 33 = 45 dibagi 5 sisa 
5
13 + 33 = 46 dibagi 5 sisa
 1
14 + 33 = 47 dibagi 5 sisa 
2
15 + 33 = 48 dibagi 5 sisa 
3
16 + 33 = 49 dibagi 5 sisa 
4
17 + 33 = 50 dibagi 5 sisa 
5
18 + 33 = 51 dibagi 5 sisa
 1
Berikutnya tentukan Pancasuda-nya. Bila selisihnya:
1 artinya Sri = rejeki melimpah
2 artinya Lungguh = mendapat derajat
3 artinya Gedhong = kaya harta benda
4 artinya Lara = sakit-sakitan
5 artinya Pati = mati (dalam arti luas)
Dari perhitungan di atas diketahui hari baik untuk mendirikan rumah tinggal, khusus bagi pasangan suami istri yang neptunya berjumlah 33 adalah
Terbaik 1:
a. hari pasaran berjumlah 8 (Senin Wage, Selasa Legi)
b. hari pasaran berjumlah 13 (Minggu Kliwon, Senin Pahing, Kamis Legi, dan Jumat Pon)
c. hari pasaran berjumlah 18 (Sabtu Pahing)
Terbaik 2:
a. hari pasaran berjumlah 9 (Minggu Wage dan Senin Legi)
b. hari pasaran berjumlah 14 (Minggu Pahing, Rabu Pon, Jumat Kliwon, dan Sabtu Legi)
Terbaik 3:
a. hari pasaran berjumlah 10 (Minggu Legi, Selasa Pon, dan Jumat Wage)
b. hari pasaran berjumlah 15 (Rabu Kliwon, Kamis Pon, dan Jumat Pahing)
3. Pilih salah satu dari 19 hari baik yang berada dalam bulan Bakdamulud, Ruwah, Dulkangidah, dan Besar.
Dari hasil di atas misal dipilih hari Minggu Kliwon, maka pada tahun 2011, tanggal yang sesuai adalah tanggal 13 Maret, 31 Juli, 9 Oktober, dan 13 November.



Perhitungan di atas adalah salah satu warisan dari budaya Jawa yang patut kita lestarikan keberadaannya. Kita memang tidak diwajibkan untuk mempercayainya namun hendaknya budaya ini tetap kita jaga. Terlepas dari hasil-hasil perhitungannya, semua hari adalah baik jika kita mempunyai niat untuk melakukan hal yang baik.

Lebih percaya pada mitos ataupun fakta, itu adalah pilihan anda. Namun ada baiknya sebelum mendirikan bangunan, anda membuat perencanaan yang matang terlebih dahulu.


Masyarakat Jawa Timur mempunyai banyak mitos / kepercayaan. Mitos tentang rumah dan pekarangan rumah hanya sebagian kecil dari sekian banyak mitos yang berkembang dalam masyarakat Jawa Timur dan untuk benar atau tidaknya mitos tersebut dikembalikan kepada pribadi masing-masing karena seiring perkembangan jaman, mitos – mitos tersebut sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
Nah, untuk melengkapi kajian saya mengeani mitologi jawa, kini saya juga akan mencantumkan beberapa kepercayaan perhitungan jawa yang samapi sekarang masih dipercayai oleh masyarakat Jawa, diantaranya            :
Neptu Hari
Minggu Pon    : 12
Senin Pon        : 11
Selasa Pon       : 10
Rabu Pon        : 14
Kamis Pon       : 15
Jum’at Pon      : 13
Sabtu Pon        : 16
Minggu Kliwon           : 13
Senin Kliwon  : 12
Selasa Kliwon : 11
Rabu Kliwon   : 15
Kamis Kliwon : 16
Jum’at Kliwon            : 14
Sabtu Kliwon  : 17
Minggu Pahing            : 14
Senin Pahing   : 13
Selasa Pahing  : 12
Rabu Pahing    : 16
Kamis Pahing  : 17
Jum’at Pahing : 15
Sabtu   Pahing : 18
Minggu Wage : 9
Senin Wage     : 8
Selasa Wage    : 7
Kamis Wage    : 12
Jum’at Wage   : 10
Sabtu Wage     : 13
Minggu Legi   : 10
Senin Legi       : 9
Selasa Legi      : 8
Rabu Legi       : 12
Kamis Legi      : 13
Jum’at Legi     : 11
Sabtu Legi       : 14
Pembuatan Nama
Neptu hari :
Mingggu          : 5
Senin   : 4
Selasa  : 3
Rabu    : 7
Kamis  : 8
Jum’at : 6
Sabtu   : 9
Neptu Huruf sbb : Ha 1, Na 2, Ca 3, Ra 4, Ka 5, Da 6, Ta 7, Sa 8, Wa 9, La 10, Pa 11, Dha 12, Ja 13, Ya 14, Nya 15, Ma 16, Ga 17, Ba 18, Tha 19, Nga 20
Neptu Pasaran : Pon 7, Wage 4, Kliwon 8, legi 5, Pahing 9
Jumlahkan Neptu Weton ( hari dan pasaran ) dengan Neptu Huruf nama. Dari penjumlahan dikurangi lima-lima.
Contoh :
1.         Kelahiran Jum,at Legi
2.         Nama Sutoyo = S 8, T 7, Y 14 = 29
Penjumlahan 11+29 = 40 dikurangi lima-lima habis
Arti Sebuah Nama
1.         Sri        : Artinya selamat dan banyak rejekinya
2.         Lungguh          : Berkedudukan baik dan berpangkat
3.         Gedhong         : Kelak dapat berhasil dan kaya
4.         Lara     : Selalu menderita dan sakit-sakitan
5.         Pati      : Kelak akan menderita, tidak berumur panjang

Perjodohan
Neptu huruf :
Ha       = 6       Na       = 3       Ca        = 3       Ra        = 3       Ka       = 3
Da       = 5       Ta        = 3       Sa        = 3       Wa       = 6       La        = 5
Pa        = 1       Dha     = 4       Ja         = 3       Ya       = 8       Nya     = 3
Ma       = 5       Ga       = 1       Ba        =2        Tha      = 4       Nga     = 2
Caranya dengan menjumlahkan nama calon pengantin pria dan wanita ambil huruf hidupnya saja
Contoh :
Waluyo            : W      =6        L          = 5       Y         =8        = 19
Prihatini           : P        = 1       H         = 6       T          =3        N         =3        = 13
19 + 13 = 32 dikurangi tujuh – tujuh ( 4 )
Hitungan Sisa sbb :
1.         Tunggak Tan Semi      : Sengsara selama menjadi pasangan
2.         Pisang Pinugel : Cerai
3.         Lumbung Gumulang   : Melarat seumur hidup, boros
4.         Sanggar Waringin       : Menjadi pengoyom dan kaya
5.         Pedaringan Kebak       : Selalu dalam kecukupan, dan menjadi pelindung
6.         Satria Lelaku   : Harus berdagang dan bisa terhormat
7.         Pandhita Mukti           : Bahagia, tentram selamanya
Hitungan lain sbb :
1.         Pisang Pinunggel         : Mati, artinya bila punya anak lelaki, ayahnya yang meninggal, bila punya anak wanita maka ibunya yang akan meninggal lebih dulu.
2.         Sanggar Waringin       : Mendapat keteduhan ( tentram dan bahagia )
3.         Gedhong Rembulan    : Cepat Kaya, tetapi sering tertipu
4.         Bale Kedhawang        : Menakutkan ,selalu gelisah
5.         Liman Plasungan         : Gajah sering lepas, bila punya anak sesudah besar akan meninggal
6.         Warak Pangrungruman           : Pandai mencari simpati, gampang cari rejeki, tetapi tidak pandai menyimpannya
7.         Garangan Macan         : Pandai cari uang tapi sering tertipu
Menghitung Hari
Cth : 12 April 1974
1.         Tahun diambil dua angka belakang    74
2.         Tahun 74 : 4    18
3.         Angka Bulan   4
4.         Tanggal           12        +
Jumlah 108
6-
Sisa      102 : 7 =4
( Jum’at)
Menghitung Pasaran

1.         Tahun  74 : 4 = 18
2.         Angka bulan    = 4
3.         Tanggal           = 12+
Jumlah = 34
2-
Sisa      32 : 5 =2 ( legi )
Hari Pernikahan
Hitungan Neptu hari dan pasaran, ketika acara berlangsung dan dikurangi tujuh-tujuh, jumlahnya adalah jawaban keadaan pengantin dikemudian hari. Bila sisanya sbb :
1.         Wasesa Segara : Luas pandangan hidupnya, sangat berwibawa
2.         Tunggak semi  : Banyak anak tetapi sering sakit-sakitan
3.         Satria Wibawa : Selalu mendapat keberuntungan dan dapat kaya
4.         Sumur Sinaba  : Selalu menjadi pengayoman, menolong orang
5.         Satria Wirang  : Selalu sengsara, melarat
6.         Bumi Kapetak : Selalu tersisih, tetapi dapat simpan harta
7.         Lebu Katiup Angin : Selalu kekurangan, selalu pindahrumah, dan sering pindah kerjaan dan kehidupannya tidak menentu
Hitungan lainnya :
Jumlahkan Neptu hari dan pasaran kedua calon pengantin dan kurangi empat-empat, kalau sisanya ssb :
1.         Gentho            : Sulit mendapatkan anak
2.         Gembili           : Banyak anaknya
3.         Sri        : Banyak rejekinya
4.         Punggel           : Salah satu mati muda
Mendirikan Rumah
Jumlah Neptu hari dan pasaran ketika akan mendirikan rumah/membangun rumah, dari jumlah itu dikurangi lima-lima, bila sisanya :
1.         Kerta   : Mendapat kejayaan
2.         Yasa    : Mendapat Kejayaan
3.         Candi  : Mendapat keberuntungan
4.         Rogoh : Sering kemasukan pencuri
5.         Sempoyong : Sering pindah rumah
Pindah Rumah
Jumlahkan Neptu hari dan pasaran pada hari saat mau pindah rumah, jumlahnya dikurangi enam-enam, bila sisanya sbb:
1.         Pitutur : Banyak kesulitan
2.         Demang Kandhuruwan           : Sering menderita sakit
3.         Satria Pinayungan       : Banyak yang memuji dan terhormat
4.         Mantri Sinaroja           : Disenangi tetangga dan orang banyak
5.         Macan Ketawan          : Sering bertengkar dan digugat
6.         Nuju Pati         : Serig menderita dan selalu sedih
Neptu dan hari pasaran yang dipakai bb :
Jum’at 1, Sabtu 2, Ahad 3, Senin 4, Selasa 5, Rabu 6, Kamis 7.
Kliwon 1, Legi 2, Paing 3, Pon 4, Wage 5
Hitungan lain :
Jumlah Neptu hari dan pasaran dikurangi empat-empat, bila sisa sbb :
1.         Kerta, dihormati oleh tetangga
2.         Yasa, Tentram dan tenang hidupnya
3.         Rogoh, Sering didatangi pencuri
4.         Sempoyong, Sering pindah rumah
Bila jumlah Neptunya sbb :
Jumlah Neptu Weton  Menghadap ke
7                                    Utara atau Timur
8                                    Utara atau Timur
9                                    Selatan          atau     Timur
10                               Selatan atau     Barat
11                                Barat
12                               Utara    atau     Barat
13                               Utara    atau     Timur
14                                Selatan            atau     Timur
15                               Barat
16                               Barat
17                              Utara     atau     Barat
18                              Utara     atau     Timur

 sekian sajian analysis mengenai salah satu mitologi di Indonesia, seperti ydasarang saya bilang diatas percaya atau tidak, berdasarkan pengalaman guru sejarah yang saya sempat sebutkan diatas, ternyata memang ada "orang" jawa yang bisa memahami dan benar-benara menanamkan mitos tersebut sebgaiaman kepercayaan.