Popular Posts

Sunday 26 April 2015

tokoh pergerakan nasional



Berikut ini secara ringkas tokoh-tokoh kebangkitan nasional.

Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika
Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika sama-sama memperjuangkan nasib kaum wanita melalui pendidikan. Kartini mendirikan sekolah untuk wanita pribumi pada tahun 1903. Beliau juga mendirikan sekolah di rumahnya, di Rembang. Pada tahun 1904 Kartini meninggal dunia. Kumpulan surat-suratnya disusun dalam sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Bersama dengan Danudirja Setiabudi (Douwes Dekker), dan Cipto Mangunkusumo, beliau mendirikan Indische Partij. Mereka bertiga dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai.Indische Partij menuntut kemerdekaan Indonesia.
Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa. Perguruan ini mengajarkan kepada siswanya sifat kebangsaan. Karena peranannya sangat besar dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara diberi julukan sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Dr. Sutomo
Sutomo adalah salah satu pendiri Budi Utomo. Budi Utomo adalah organisasi pergerakan kebangsaan modern pertama di Indonesia yang dibentuk pada tanggal 20 Mei 1908. Tujuannya adalah mempertinggi derajat bangsa Indonesia dan mempertinggi keluhuran budi orang Jawa.
Sutomo bercita-cita memakmurkan rakyat Indonesia. Beliau bertekad memperkecil perbedaan antara orang kaya dan orang miskin, serta antara kaum terpelajar dan rakyat biasa. Beliau merasa yakin bahwa dengan persamaan dan persaudaraan maka perjuangan akan berhasil.

Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan adalah tokoh pergerakan nasional yang lama belajar pengetahuan Agama di Mekkah. Beliau mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhammadiyah adalah mengajarkan Agama Islam dengan Al-Qur’an dan Hadist.

Wahid Hasyim
Wahid Hasyim adalah putra Hasyim Ashari, pelopor dan pendiri NU (Nahdatul Ulama). Tujuan NU adalah memecahkan berbagai persoalan umat Islam baik dalam hal Agama maupun kehidupan di masyarakat. Tahun 1938, Wahid Hasyim bergabung dengan NU. Empat tahun kemudian beliau diangkat sebagai ketua NU. Perkembangan NU sebagai organisasi politik dan keagamaan tidak terlepas dari peranannya.

Samanhudi


Samanhudi belajar Agama Islam di Surabaya. Untuk memperjuangkan para pedagang Indonesia, beliau mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) di Solo pada tahun 1911. SDI bertujuan menghidupkan perekonomian para pedagang Indonesia dan membantu anggotanya yang mengalami kesulitan.

selengkapnya mengenai profil profil para pahlawan atau tokoh tokoh kebangkitan nasional Indonesia       :

Abdul Muis
Lahir di Bukittinggi, 3 – 7 – 1883
Wafat di Bandung, 17 – 6 – 1959
Makam di TMP Cikutra, Bandung
KH. Abdul Wahid Hasyim
Lahir di Jombang, 1 – 6 – 1914
Wafat di Cimahi, 19 – 4 – 1953
Makam di Tebu Ireng, Jombang
Haji Agus Salim
Lahir di Kotagedang, 8 – 10 – 1884
Wafat di Jakarta, 4 – 11 – 1954
Makam di TMP Kalibata, Jakarta
KH Ahmad Dahlan
Lahir di Yogyakarta, 1 – 8 – 1868
Pendiri Muhammadiyah, 1912
Wafat di Yogyakarta, 23 – 2 – 1923
Makam di Karang Kuncen, Yogyakarta
Dr. Cipto Mangunkusumo
Lahir di Ambarawa, 1886
Tokoh Tiga Serangkai
Pendiri Indische Partij
Wafat di Jakarta, 8 – 3 – 1943
Makam di TMP Watuceper, Ambarawa
Dr. Danudirja Setiabudi
Lahir di Pasuruan, 28 – 10 – 1879
Wafat di Bandung, 28 – 8 – 1950
Makam di TMP Cikutra, Bandung
R. Dewi Sartika
Lahir di Bandung, 4 – 12 – 1884
Pengikut dan penerus cita – cita Kartini
Wafat di Bandung, 11 – 9 – 1947
Makam di Karanganyar, Bandung
Haji Fakhruddin
Lahir di Yogyakarta, 1890
Wafat di Yogyakarta, 28 – 2 – 1929
Makam di TMP Kuncen, Yogyakarta
KH. Hasyim Asy’ari
Lahir di Demak, 20 – 4 – 1875
Pendiri NU, 1926
Wafat di Tebu Ireng, 25 – 7 – 1947
Makam di Tebu Ireng, Jombang
Ir. H. Juanda Kartawijaya
Lahir di Tasikmalaya, 14 – 1 – 1911
Wafat di Jakarta, 7 – 11 – 1963
Makam di TMP Kalibata, Jakarta
Raden Ajeng Kartini
Lahir di Jepara, 21 – 4 – 1879
Pelopor kemajuan perempuan Indonesia
Bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang”
Wafat di Rembang, 17 – 9 – 1904
Makam di Rembang
Ki Hajar Dewantara
Lahir di Yogyakarta, 2 – 5 – 1899
Tokoh Pendidikan Nasional
Pendiri Taman Siswa di Yogyakarta, 1922
Wafat di Yogyakarta, 28 – 4 – 1959
Makam di Wijayabrata, Yogyakarta
Maria Walanda Maramis
Lahir di Kema, 1 – 12 – 1872
Wafat di Manado, Maret 1924
Makam di Maumbi, Manado
KH. Mas Mansur
Lahir di Surabaya, 25 – 6 – 1896
Wafat di Surabaya, 25 – 4 – 1946
Makam di Gipa
Muhammad Husni Thamrin
Lahir di Jakarta, 16 – 2 – 1894
Wafat di Jakarta, 11 – 1 – 1941
Makam di Karet Kubur, Jakarta
Prof. Muhammad Yamin, SH
Lahir di Sawahlunto, 28 – 3 – 1903
Wafat di Jakarta, 17 – 10 – 1962
Makam di Sawahlunto
Haji Oemar Said Cokroaminoto
Lahir di Madiun, 1883
Pendiri Sarekat Islam, 1912
Wafat di Surabaya, 17 – 12 – 1934
Makam di TMP Kuncen, Yogyakarta
Haji Samanhudi
Lahir di Srandakan, 1868
Pendiri dan penggerak Sarekat Dagang Islam, 1911
Wafat di Klaten, 28 – 12 – 1956
Makam di Srandakan, Solo
Sukarjo Wiryopranoto
Lahir di Cilacap, 5 – 6 – 1903
Wafat di New York, 23 – 10 – 1962
Makam di TMP Kalibata
Supeno
Lahir di Nganjuk, 24 – 2 – 1949
Wafat di Semaki, Yogyakarta
Suryopranoto
Lahir di Yogyakarta, 1871
Wafat di Cimahi, 15 – 10 – 1959
Makam di Kotagede, Yogyakarta
Dr. Sutomo
Lahir di Nganjuk, 30 – 7 – 1888
Pendiri Budi Utomo
Wafat di Surabaya, 30 – 5 – 1938
Makam di Surabaya
Sutan Syahrir
Lahir di Padangpanjang, 5 – 3 – 1909
Wafat di Zurich Swiss, 9 – 4 – 1966
Makam di TMP Kalibata, Jakarta
Wage Rudolf Supratman
Lahir di Jakarta, 9 – 3 – 1903
Pencipta lagu Indonesia Raya
Wafat di Surabaya, 17 – 8 – 1938
Makam di Surabaya
KH. Zaenal Mustofa
Lahir di Singaparna, 1899
Wafat di Jakarta, 28 – 3 – 1945
Makam di Ereveld Ancol, Jakarta
KH. Zaenul Arifin
Lahir di Barus, 1909
Wafat di Jakarta, 2 – 3 – 1963
Makam di TMP Kalibata, Jakarta

Pergerakan Nasional Indonesia

Pergerakan nasional adalah suatu bentuk perlawanan terhadap kaum penjajah yang dilaksanakan tidak dengan menggunakan kekuatan bersenjata, tetapi menggunakan organisasi yang bergerak di bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Pergerakan nasional Indonesia yaitu perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme dan imperialisme yang dilalui dengan mendirikan organisasi-organisasi yang bersifat nasional dan tidak terikat lagi dengan perjuangan fisik yang suporadis dan berbau kedaerahan maupun agama.


Munculnya pergerakan nasional di Indonesia, disebabkan oleh 2 faktor.
Ada faktor dari dalam negeri dan faktor dari luar negeri.
Faktor-faktor yang timbul dari dalam negeri dan bersifat nasional itu antara lain sebagai berikut:
1. Adanya tekanan dan penderitaan yang terus-menerus, sehingga rakyat Indonesia harus bangkit melawan penjajah.
2. Adanya rasa senasib-sepenanggungan yang hidup dalam cengkeraman penjajah, sehingga timbul semangat bersatu membentuk negara.
3. Adanya rasa kesadaran nasional harga diri, menyebabkan kehendak untuk memiliki tanah air dan hak menentukan nasib sendiri.



Faktor-faktor luar negeri yang dapat mempercepat timbulnya pergerakan nasional , antara lain:
1. Kemenangan Jepang melawan Rusia pada tahun 1905
2. Masuknya paham-paham baru ke Indonesia
1. Liberalisme
2. Nasionalisme
3. Sosialisme
4. Demokrasi
5. Komunisme

Pengaruh pendidikan dalam pergerakan nasional
Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda.


Kesimpulan

Munculnya pergerakan nasional di Indonesia, disebabkan oleh dua faktor. Ada faktor dari dalam negeri dan faktor dari luar negeri. Tetapi faktor dari dalam negeri sangat berpengaruh sekali dibandingkan faktor dari luar negeri yang hanya sekedar mempercepat. Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J. H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri  Kebudayaan. Agama, dan kerajinan selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.