Nationalism involves national identity, by contrast with the
related construct of patriotism, which involves the social conditioning and
personal behaviors that support a state's decisions and actions.
Nationalism (inggris) atau di Indonesia disebut dengan Nasionalisme merupakan satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris “nation”) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa “kebenaran politik” (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu “identitas budaya” debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah sumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
The term nationalism was first used by Johann Gottfried
Herder the prophet of this new creed. Herder gave Germans new pride in their
origins, and proclaimed a national message within the sphere of language, which
he believed determines national thought and culture.He attached exceptional
importance to the concept of nationality and of patriotism – "he that has
lost his patriotic spirit has lost himself and the whole worlds about
himself", whilst teaching that "in a certain sense every human
perfection is national".
Nasionalisme dapat
menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan Negara)
yang populer berdasarkan pendapat warga negara, etnis, budaya, keagamaan dan
ideology.
Nasionalisme Etnis adalah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.
Dibangun oleh Johan Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk
(bahasa Jerman untuk “rakyat”) menepati idealisme romantik kisah tradisi yang telah direka
untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya “Grimm Bersaudara” yang dinukilkan
oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.
Kaca mata etnonasionalisme ini berangkat dari asumsi bahwa
fenomena nasionalisme telah eksis sejak manusia mengenal konsep kekerabatan
biologis. Dalam sudut pandang ini, nasionalisme dilihat sebagai konsep yang
alamiah berakar pada setiap kelompok masyarakat masa lampau yang disebut
sebagai ethnie (Anthony Smith, 1986), suatu kelompok sosial yang diikat oleh
atribut kultural meliputi memori kolektif, nilai, mitos, dan simbolisme.
Kalaupun nasionalisme bertransformasi menjadi sebuah gerakan
politik, hal tersebut bersifat superfisial karena gerakan-gerakan politik
nasionalis pada akhirnya dilandasi oleh motivasi budaya, khususnya ketika
terjadi krisis identitas kebudayaan. Pada sudut pandang ini, gerakan politik
nasionalisme adalah sarana mendapatkan kembali harga diri etnik sebagai modal
dasar dalam membangun sebuah negara berdasarkan kesamaan budaya (John
Hutchinson, 1987).
Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil)
adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari
penyertaan aktif rakyatnya, “kehendak rakyat”, “perwakilan politik”. Teori ini
mula-mula dibangun oleh Jean-jacques rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan.
Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contact Sociale (atau
dalam Bahasa Indonesia “mengenai kontrak sosial”).
Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana
negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya “sifat
keturunan” seperti warna kulit, ras, dan sebagainya.
Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme
kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan
nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak
universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan
berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah
’national state’ adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk
kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa adalah Nazisme, serta
nasionalime Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Fransquisme
sayap kanan di Spanyol, serta sikap ’ Jacobin ’ terhadap unitaris dan golongan
pemusat negeri Prancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang
secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraann ( equal rights ) dan
lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika.
Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama.
Tak ada satu pun ruang
sosial di muka bumi yang lepas dari pengaruh ideologi ini. Tanpa nasionalisme,
lajur sejarah manusia akan berbeda sama sekali. Berakhirnya perang dingin dan
semakin merebaknya gagasan dan budaya globalisme (internasionalisme) pada
dekade 1990-an hingga sekarang.
Sedari yang saya pahami mengenai hal ini, bahwa nasionalisme adalah penemuan bangsa Eropa yang diciptakan
untuk mengantisipasi keterasingan yang merajalela dalam masyarakat modern (Elie
Kedourie, 1960).
Nasionalisme memiliki kapasitas memobilisasi massa melalui
janji-janji kemajuan yang merupakan teleologi modernitas. Nasionalisme dibentuk
oleh kematerian industrialisme yang membawa perubahan sosial dan budaya dalam
masyarakat. Nasionalismelah yang melahirkan bangsa.
sekian, semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment