PERUNDINGAN LINGGARJATI
Walaupun begitu, Perundingan Linggarjati berlangsung juga pada tanggal 15 November 1946. Dalam perundingan tersebut, Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Schermerhorn. Sebagai penengah adalah Lord Killearn dari Inggris. Isi Perundingan Linggarjati yaitu:
1. Pengakuan status de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatera oleh Belanda.
2. Pembentukan negara federal yang disebut Republik Indonesia Serikat (RIS).
3. Pembentukan Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala negara.
4. Pembentukan RIS dan Uni Indonesia-Belanda sebelum 1 Januari 1945
Hasil Perjanjian Linggarjati memiliki kelemahan dan keuntungan bagi Indonesia. Kelemahannya, bila ditinjau dari segi wilayah kekuasaan, daerah RI menjadi sempit. Tetapi bila ditinjau dari segi keuntungannya, kedudukan Indonesia di mata internasional semakin kuat karena banyak negara seperti Inggris, Amerika, dan negara-negara Arab mengakui kedaulatan negara RI. Hal ini tidak terlepas dari peran politik diplomasi Indonesia yang dilakukan oleh Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Sujatmoko, dan Dr. Sumitro Joyohadikusumo dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
PERJANJIAN RENVILLE
Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. Adapun kerugian yang diderita Indonesia dengan penandatanganan perjanjian Renville adalah sebagai berikut :
Penandatanganan naskah perjanjian Renville menimbulkan akibat buruk bagi pemerintahan Republik Indonesia, antra lain sebagai berikut:
Dampak perundingan Renville bagi Indonesia dan Belanda
Dampak Perjanjian Renville bagi Indonesia :
· Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya RIS melalui masa peralihan
· Indonesia kehilangan sebagian daerah kekuasaannya karena garis Van Mook terpaksa harus diambil Belanda
· Pihak RI harus mengambil pasukannya yang berada di daerah kekuasaan Belanda dan kantong-kantong gerilya masuk ke daerah RI
· Wilayah RI makin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah kekuasaan Belanda
· Timbulnya reaksi kekerasan dikalangan pemimpin RI yang mengakibatkan jatuhnya Kabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara ke Belanda
· Perekonomian Indinesia diblokade oleh Belanda
Dampak bagi Belanda adalah :
· Berdaulat penuh atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia Serikat terbentuk
· Wilayah yang dikuasai Belanda pada Agresi Militer I menjadi wilayah penduduk Belanda.
PERJANJIAN ROEM-ROYEN
Dengan tercapainya kesepakatan dalam Perjanjian Roem-Royen maka Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra memerintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih pemerintahan di Yogyakarta dari tangan Belanda. Sementara itu, pihak TNI dengan penuh kecurigaan menyambut hasil persetujuan itu. Namun, Panglima Besar Jenderal Sudirman memperingatkan seluruh komando di bawahnya agar tidak memikirkan masalah-masalah perundingan.
Pada tanggal 22 Juni 1949 diadakan perundingan segitiga antara Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda di bawah pengawasan Komisi PBB yang dipimpin oleh Christchley. Perundingan itu menghasilkan tiga keputusan, yaitu sebagai berikut.
Setelah tercapainya perundingan Roem Royen, pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta. Selanjutnya, disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. Panglima Besar Jenderal Sudirman tiba kembali di Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan siding cabinet. Dalam siding tersebut Syafruddin Prawiranegara mengembalikan mandate kepada wakil presiden Moh Hatta. Dalam siding tersebut juga diputuskan Sri Sultan Hamengku Buwono IX diangkat menjadi menteri pertahanan merangkap koordinator keamanan.
KONFERENSI INTER-NDONESIA
Dampak dari Konferensi Inter-Indonesia adalah adanya konsensus yang dibangun melalui Konferensi Intern-Indonesia yang menjadi modal berharga bagi pemerintah RI, terutama delegasi Indonesia yan dtunjuk untuk berunding dengan Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Keberadaan BFO dan sikap tegas Gde Agung untuk menolak intervensi Belanda membuat pemerintah Indonesia memiliki legitimasi yang makin kuat untuk berunding dengan Belanda di KMB.
KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)
Dampak positif KMB bagi Indonesia :
Dampak negatif KMB bagi Indonesia :
secondary journal of my life, remembering moments, cause every moment just for one time. capturing world for may own minus eyes. for all the incredible reality. welcome and enjoy the show cause this is just The story Of My life.
Popular Posts
-
folklore yang akan saya bahas kali ini adalah Mitologi. Bismillahirrahmanirrahim Mitologi Indonesia Mitologi Indonesia biasa...
-
Organisasi semi militer yang dibentuk oleh Jepang di Indonesia sebenernya merupakan upaya dari Jepang untuk memperoleh dukungan pasukan dem...
-
My History Task Observing Interest hieroglyphic Mesir Hieroglif Mesir Jenis aksara Logogram ...
-
Data Buku Judul Buku: Pak harto: The Untold Stories No. ISBN: 9789792271317 Penulis: Mahpudi, Bakarudin, Dwitri Waluyo, Anita Dewi ...
-
I'm Only Blood paints itself on my body I am only a canvas Hidden from the rest of the world My painter is a shy man ...
-
Hai readers.. well Saya mau nyeritain ke kalian tentang salah satu kerajaan hindu yang paling keren di nusantara, tau kerajaan Tarumanega...
-
Proklamasi kemerdekaan oleh Ir.Soekarno pada 17Agustus 1945 merupakan peristiwa sejarah terpentinng bagi rakyat Indonesia. Namun, dibal...
-
Pada malam 30 September - 1 Oktober 1965 "Sekelompok personil Tentara Nasional Indonesia yang menyebut diri mereka "Gerakan 3...
No comments:
Post a Comment